Menjadi Mapres STI dari Kacamata Jori

ASSISTS ITB
5 min readJun 8, 2021

Life at STI Edisi #2

Pemilihan mahasiswa berprestasi (mapres) adalah perhelatan rutin tahunan di hampir setiap program studi dan fakultas perguruan tinggi, termasuk di program studi Sistem dan Teknologi Informasi (STI), Institut Teknologi Bandung. Penghargaan ini biasanya diberikan sebagai pengakuan atas rekam jejak mahasiswa yang memiliki prestasi terbaik di bidang akademik dan nonakademik.

Menjadi mapres tentunya merupakan hal yang diidam-idamkan semua mahasiswa, tidak terkecuali bagi mapres STI 2021, Yonatan Jori Saputro. Di balik statusnya sebagai mapres, ternyata tersimpan banyak fakta unik dan cerita berkesan jika dilihat dari “kacamata” mahasiswa dengan NIM 18218024 ini. Penasaran? Yuk, simak ceritanya!

Yonatan Jori Saputro

Satu tahun sudah berlalu sejak mahasiswa ITB berkuliah secara daring karena pandemi COVID-19. Namun faktanya, hal itu tidak menyurutkan semangat Jori untuk berkegiatan dan berkarya. Saat ini, dirinya baru saja menyelesaikan studi pada semester II tahun ajaran 2020/2021 dan sedang menjalani magang untuk Kerja Praktek.

Menjadi Mapres STI

Jori mengaku senang dan tidak menyangka ketika mengetahui dirinya dinobatkan sebagai mapres STI dan Juara 3 Mahasiswa Berprestasi tingkat fakultas Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI). Pemilihan mapres di program studi STI dan fakultas STEI sendiri tidak instan, tetapi melalui serangkaian proses seleksi. Ketika ditanya mengenai alasan mengikuti seleksi mapres 2021, Jori memberikan jawaban yang simpel dan tegas.

“Kenapa engga? Gua berpikir ini adalah kesempatan untuk memvalidasi hal-hal yang udah gua lakukan selama kurang lebih dua tahun di jurusan. So, why not?”

Selama dua tahun menjadi mahasiswa jurusan STI, mahasiswa kelahiran Bekasi ini sering mengikuti perlombaan baik tingkat nasional maupun internasional. Sebagai hasilnya, berbagai prestasi telah ditorehkannya, mulai dari memenangkan lomba business case seperti COMPFEST 2020 dan ISCC 2020, sampai lomba ideation atau hackathon seperti Mile Zero Project 2021. Selain itu, Jori juga dikenal aktif berkegiatan di unit kemahasiswaan seperti Paduan Suara Mahasiswa (PSM) ITB, ITBJazz, dan berbagai kepanitiaan seperti menjadi Vice Project Officer BIST League 3.0 dan menjadi kepala bidang Relation pada BIST League 4.0.

Prestasi dan pengalaman yang gemilang tidak serta-merta membuat Jori menjadi mapres, dibutuhkan kerja keras dan ketekunan dalam mengikuti proses seleksi yang cukup panjang dan menantang. Proses dimulai dengan seleksi administrasi melalui CV dan interview oleh perwakilan Program Studi STI. Pada tahap ini, akan dipilih perwakilan untuk maju ke tahap fakultas. Pada tahap ini, calon mapres diminta mempersiapkan sebuah paper dan presentasi serta berkas-berkas administratif lainnya dalam waktu yang cukup singkat — kurang lebih dalam waktu seminggu saja! Penilaian pada tahap ini dibagi menjadi beberapa parameter yang memiliki bobotnya masing-masing, mulai dari prestasi, pengalaman organisasi, penulisan paper, kemampuan berbahasa Inggris, dan lainnya. Semua tahapan ini dilalui oleh Jori dan sebagai hasilnya, mahasiswa berzodiak Leo ini berhasil menjadi juara ke-3 mahasiswa berprestasi tingkat fakultas STEI. Wah, selamat ya Jori!

Proses Seleksi Mahasiswa Berprestasi

Pengalaman yang sudah diceritakan Jori tidak bisa lepas dari kehidupannya sebagai mahasiswa STI. Nyatanya, ilmu-ilmu yang diajarkan di jurusan sangat membantu Jori dalam menjadi mapres. Ia mengakui, skill seperti penulisan dokumen, presentasi, analisis pasar, analisis risiko, product, dan lainnya — yang sudah biasa menjadi makanan sehari-hari anak STI — ternyata menjadi bekal berharga dalam mempersiapkan kebutuhan seleksi mapres.

Serba-Serbi Berkuliah di STI

Jori merasa STI merupakan jalan terbaik baginya dibandingkan dengan jurusan lainnya. Ia merasa STI merupakan jurusan yang paling tepat dengan prospek yang paling sesuai dengan minatnya.

“STI sepertinya adalah pilihan terbaik buat gua karena prospek jurusannya yang cenderung sesuai sama diri gua. Alasan milih STI mungkin mirip alasan anak STI generik lainnya yaitu karena ada manajemennya tapi di ranah IT, gua sadar gua suka teknis tapi gak akan bisa ngerjain teknis setiap hari. Dan pas masuk sama sekali gak nyesel milih STI, malah gak kebayang gimana hidup gua kalau gua milih jurusan lain!”

Bagi Jori, berkuliah di STI memiliki suka dan dukanya tersendiri. Materi kuliah yang seru dan the people of STI — mulai dari teman hingga dosen — yang suportif merupakan hal-hal yang paling disukai oleh Jori dari STI. Suasana kuliah offline bersama teman-teman Unsigned (julukan untuk STI angkatan 2018) yang diwarnai canda tawa juga merupakan salah satu memori favorit bagi Jori.

Momen-momen kebersamaan Unsigned (STI 2018)

Meskipun merasa sangat cocok dengan jurusan STI, ternyata Jori pernah merasa tidak yakin tentang bidang karier spesifik yang akan ditekuni nantinya karena lingkup keilmuan STI yang cukup luas. Namun, menurut Jori, hal ini juga bisa dianggap sebagai hal positif karena memberi mahasiswa kesempatan untuk memilih dan mengeksplor bidang keilmuan sesuai minatnya.

Sebagai mapres STI yang sudah melalui berbagai tugas, kegiatan, dan perlombaan, tidak berlebihan jika Jori disebut sebagai jack of all trades, atau orang yang jago dalam banyak hal. Meskipun demikian, dari sekian banyak bidang keilmuan STI, Jori memiliki bidang dan mata kuliah yang paling ia sukai. Jori mengaku bahwa dirinya menyukai mata kuliah Analisis Kebutuhan Sistem (AKS) yang ia dapat di semester empat. Melalui AKS, Jori belajar untuk meninjau sebuah sistem secara thorough dan hal itu sangat menarik baginya. Kecintaannya pada mata kuliah AKS tidak berakhir di sana. Satu tahun kemudian, melalui program seleksi asisten Laboratorium Sistem Informasi (Lab SI), Jori berhasil menjadi koordinator asisten mata kuliah AKS!

Selain AKS, Jori juga menyukai mata kuliah Interaksi Manusia Komputer (IMK) karena melibatkan kegiatan mendesain dan menerapkan teori user interface and user experience (UI/UX) yang menurutnya sangat seru.

Untuk menghadapi rasa suntuk dari tugas-tugas kuliah, Jori selalu mencoba mengalokasikan waktunya untuk melakukan hobi. Bernyanyi dan bermusik adalah hobi yang sering Jori lakukan untuk me-recharge dirinya setelah berkutat dengan berbagai kegiatan sepanjang hari.

“Untuk recharge biasanya sesederhana nyanyi minus one dari Youtube sambil mandi, itu salah satu main highlight yang gua tunggu tiap harinya.”

Bahkan, tidak jarang Jori mengunggah cuplikan cover lagu di media sosial pribadinya. Hal tersebut dinilainya dapat menambah semangat dalam melakukan hal-hal lain yang menjadi kewajibannya.

Work Smart and Know Your Limit

Jori mengakui kalau pengalaman berkuliah di STI maupun mengikuti seleksi sampai dinobatkan menjadi mapres mengajarkannya banyak hal. Bahkan Jori menambahkan bahwa hal-hal ini dapat mengubah hidupnya ke depannya.

“Dari hal kecilnya, gua jadi tahu kalo gua bisa melakukan hal-hal tertentu yang terlihat impossible tanpa gua push diri sendiri, seperti nyiapin paper, video, dll. dalam waktu kurang dari seminggu. Selain itu, prestasi jadi mapres ini bisa dicantumin di resume gua dan siapa tahu ke depannya gua bisa lebih open to more opportunities.”

Jori juga memiliki pesan bagi kita yang memiliki mimpi menjadi mapres. Menurutnya, lebih baik kita tidak menjadikan “mapres” sebagai sesuatu yang mutlak dicapai, karena yang lebih berharga dari menjadi mapres adalah pengalaman yang kita lalui dan interaksi dengan orang-orang yang kita kenal dalam dunia perkuliahan ini. Biarkanlah pengalaman dan kerja keras yang membawa kita meraih mimpi itu sendiri.

“Jangan lupa untuk live your life! Kerja keras memang dibutuhkan, tapi ingat untuk work smart and know your limit!”

Bagi teman-teman STI yang ingin sekadar catch up atau tanya-tanya tentang hal apapun kepada Jori, Jori menitipkan pesan bahwa ia selalu terbuka untuk dihubungi melalui akun LINE (@yonatanjo).

Sekian untuk cerita kali ini, sampai jumpa di Life at STI edisi berikutnya!

Ditulis oleh:
Christovito Hidajat
Jingga Mutiara Windyarahma

--

--

ASSISTS ITB

Association of Information System and Technology Students Institut Teknologi Bandung